
Tangkapan layar – Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menghadiri konferensi pers RIlis Statistik BPS Februari 2025 di Jakarta, Senin (3/3/2025)
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti menuturkan bahwa diskon tarif listrik sebesar 50 persen pada periode penggunaan Januari-Februari 2025 memberikan kontribusi terbesar terhadap deflasi pada Februari 2025.
Pihaknya mencatat bahwa deflasi pada Februari 2025 tercatat sebesar 0,09 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), 0,48 persen secara bulanan (month-to-month/mtm), serta 1,24 persen secara tahun kalender (year-to-date/ytd).
“Komoditas yang menjadi penyumbang deflasi secara tahunan Februari 2025 yaitu tarif listrik, di mana andil deflasinya secara tahunan sebesar 2,16 persen,” ucap Amalia Adininggar Widyasanti di Jakarta, Senin.
Ia mengatakan bahwa pemberian diskon tarif listrik kepada pelanggan PLN dengan daya listrik 2.200 volt ampere (VA) atau lebih rendah tersebut juga memberikan andil deflasi bulanan sebesar 0,67 persen.
BPS mencatat bahwa tarif listrik termasuk dalam kelompok pengeluaran perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga.
Kelompok pengeluaran tersebut mengalami deflasi secara tahunan sebesar 12,08 persen yoy, dengan penurunan IHK dari 102,20 pada Februari 2024 menjadi 89,85 pada Februari 2025.
Dari empat subkelompok komoditas dalam kelompok pengeluaran tersebut, hanya subkelompok listrik dan bahan bakar rumah tangga yang mengalami deflasi secara tahunan, yakni sebesar 32,97 persen yoy.
“Pelanggan PLN pas membayar mulai merasakan diskon tarif listrik untuk pelanggan 2.200 VA ke bawah, yang dirasakan pada tagihan bulan Februari 2025 untuk pembayaran pemakaian Januari 2025,” kata Amalia.
Sementara itu, tiga subkelompok komoditas lainnya dalam kelompok pengeluaran perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga mengalami inflasi secara tahunan pada Februari 2025.
Subkelompok sewa dan kontrak rumah mengalami inflasi sebesar 0,90 persen yoy, subkelompok pemeliharaan, perbaikan, dan keamanan tempat tinggal/perumahan sebesar 1 persen yoy, serta subkelompok penyediaan air dan layanan perumahan lainnya sebesar 8,49 persen yoy.
Sedangkan komoditas yang dominan memberikan andil inflasi secara tahunan, yaitu tarif air minum Perusahaan Air Minum (PAM) sebesar 0,14 persen, sewa rumah sebesar 0,04 persen, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,03 persen.
Amalia menyampaikan bahwa inflasi tersebut terjadi karena adanya penerapan tarif baru oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di sejumlah daerah serta penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi oleh Pertamina.
“PDAM menerapkan tarif baru mulai Januari 2025 yang tagihannya dibayar mulai Februari 2025. Misalnya pada PAM JAYA di Jakarta. Selanjutnya, Pertamina kembali melakukan penyesuaian harga BBM nonsubsidi pada Februari 2025, yaitu terjadi kenaikan pada rentang 2-8 persen berdasarkan jenis BBM,” imbuhnya.